Dan Brown’s “Deception Point” review


Deception Point adalah salah satu novel yang saya baca beberapa bulan yang lalu. Dan berhubung karena review yang sebelumnya saya publish di blog lama telah hilang dengan misterius maka, dalam rangka menulis ulang semua konten blog, saya akan memberikan review kedua tentang Deception Point (Semoga yang ini lebih bagus, Aaamiin)

Deception Point adalah sebuah novel techno-thriller karya Dan Brown (Angel And Demon, The Da Vinci Code) yang terbitkan pada tahun 2001. Plotnya sendiri bercerita tentang sebuah meteorit yang ditemukan di dalam lingkaran artik yang mungkin merupakan bukti keberadaan makhluk asing.

Sebelum membaca lebih lanjut, saya ingin mengingatkan, sinopsis di bawah mengandung spoiler. Jadi, jika Anda tidak suka mengetahui jalan ceritanya sebelum membaca sendiri, saya sarankan Anda untuk melewatkan bagian Sinopsisnya.

Analis intelijen, Rachel Sexton bekerja untuk NRO (National Reconnaissance Office). Ayahnya, Senator Sedgewick Sexton, merupakan kandidat presiden yang lebih populer daripada Presiden incumbent Amerika Serikat, Zachary Herney. Presiden mengirim dia ke Kutub Utara sebagai bagian dari sebuah tim ahli untuk menkonfirmasi temuan NASA. Temuannya sendiri adalah sebuah meteorit yang terkubur dalam es berjuta tahun yang lalu. Di dalam meteorit tersebut terdapat fosil sangat mirip serangga , tapi tidak sama dengan spesies di bumi. NASA mengklaim ini sebagai bukti adanya kehidupan di luar bumi. Penemuan ini bisa menjadi salah satu bukti keberhasilan NASA setelah banyaknya kegagalan yang Senator Sexton gunakan untuk menjatuhkan Presiden Herney (Presiden Herney selalu memberikan anggaran lebih untuk NASA).  Presiden juga mengirim empat ilmuwan sipil terkemuka (Michael Tolland, ahli kelautan yang terkenal, Corky Marlinson, seorang astrofisikawan brilian tapi eksentrik, Norah Mangor, seorang glasiologis dan Wailee Ming, seorang paleontolog) ke Kutub Utara untuk memverifikasi keaslian meteorit. Ming yang menemukan kejanggalan dalam lubang tempat meteorit itu diangkat, didorong jatuh kedalam lubang oleh microbots yang dioperasikan oleh tim Delta Force. Tolland yang juga melihat hal aneh (baca aja novelnya ya kalau mau tahu apanya yang aneh, terlalu ribet kalau saya yang jelaskan) pada lubang itu, menceritakan pada anggota tim verifikasi lainnya. Untuk mencari tahu lebih lanjut, mereka keluar dari lab dan menemukan bahwa meteorit itu dimasukkan dengan sengaja ke dalam es. Mereka juga menemukan mayat Ming di bawah lapisan es. Sebelum mereka sempat mencari bantuan, tim Delta force yang sebelumnya membunuh Ming, menyerang mereka.  Delta Force berhasil membunuh Norah sedang Rachel, Tolland, dan Corky berhasil selamat. Mereka hendak menceritakan kejadian sebenarnya pada presiden tapi Presiden Herney sudah terlebih dahulu mengumumkan tenemuan NASA ke publik. Rachel berpikir bahwa presiden dan NASA yang telah merancanakan pembuatan meteorit palsu itu untuk memenangkan kampanye nya. Dia kemudian mengirimkan bukti-bukti meteorit palsu itu kepada ayahnya.Apakah presiden Herney memang dalang dari penipuan ini dan apa yang akan dilakukan Ayah Reachel dengan bukti-bukti itu? Untuk tau jawabannya, silahkan baca sendiri novelnya.

Tenang saja, spoiler di atas belum terlalu lengkap, masih banyak detail-detail menarik yang bisa didapatkan hanya dengan membaca novelnya.

Komentar

Pertama-tama, saya ini penggemar karya-karya Dan Brown (walaupun sejauh ini, yang saya baca baru tiga – The Da Vinci Code, Angel And Demon, Deception Point). Saya suka jenis fiksi yang ada konspirasinya, kita tidak tahu siapa pelaku sebenarnya sampai di akhir cerita. Saat saya membaca Deception Point dan karya Dan Brown lainnya, saya biasa salah menebak siapa penjahat sebenarnya, saat saya sudah punya satu tersangka, ternyata bukan dia orangnya, dan saat saya berpikir orangnya bukan dia, ternyata memang dia.

Dan satu hal yang paling saya suka dari novel ini (dan novel Dan Brown lainnya), banyaknya pengetahuan yang bisa kita ambil dan bagaimana informasi itu di jelaskan dengan detail. Dengan membaca detail-detail itu, saya bisa membayangkan suasana dan keadaan tempatnya.

Membaca Da Vinci Code, saya banyak tahu tentang karya-karya Leonardo Da Vinci, juga suasana kota Perancis dan negara lainnya. Membaca Angel And Demon, banyak info mengenai Vatikan, bahkan penggamabaran suasana kota Roma menjadi sangat jelas.

Dan dengan membaca Deception Point saya jadi tahu banyak hal tentang NASA, pemilihan presiden Amerika dan skandalnya, dan macam-konspirasi antara politik dan NASA, bahkan tentang plankton yang bisa bersinar, saya dapatkan penjelasannya setelah membaca novel ini. Walaupun konspirasi di dalam novel mungkin tidak benar adanya, tapi Dan Brown selalu bisa membuat saya percaya kalau konspirasinya memang nyata. “Fiksi tapi masuk akal” itulah impresi saya.

Sebenarnya saya lebih menyukai Da Vinci Code dan Angel And Demon dibanding Deception Point. Karena walaupun saya pencinta konspirasi, saya tidak terlalu tertarik dengan tema politik. Saya lebih suka sesuatu yang berbau sejarah. Namun hal ini tidak menghalangi saya untuk membacanya sampai akhir. Saya menyelesaikan novel ini dalam dua hari.

Pertama membaca, saya terus tertarik untuk membaca halaman-halaman selanjutnya dan ingin sekali langsung membuka halaman terakhir untuk mengetahui akhirnya (untunglah saya cukup sabar). Membaca novel ini seperti membayangkan sebuah adegan film, walaupun menurut saya jika Deception Point dijadikan sebuah film, mungkin tidak akan se luar biasa Da Vinci Code atau Angel and Demon. Saya juga kurang suka akhirnya karena saya tidak terlalu suka alasan si penjahat. Tapi walaupun begitu ceritanya masih tetap menarik untuk diikuti.

Berhubung ini review novel saya yang pertama, saya berharap bisa memberikan review yang lebih baik dari ini (idenya kurang terstruktur) dan berharap bisa memberikan review yang lebih pantas untuk salah satu novel dari penulis hebat ini, tapi sepertinya otak ku sedang tidak bisa mengisi folder idenya, hanya ini yang bisa saya lakukan, jadi saya harap siapapun yang membaca ini bisa mengerti dan setidaknya memberikan masukan.

Thank you.

Published by Oshin

Simple and complex at the same time, but not twisted

Join the Conversation

1 Comment

Leave a comment